Ikutan Milis BioenergiCenter

EMOSI DASAR MANUSIA

Dalam, hidup ini setiap manusia memiliki emosi dasar yang menjadi watak manusia yang ada dalam dirinya. Apa sesungguhnya makna kata “emosi” ini ? Menurut para ahli psikologi, emosi didefinisikan sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.” Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence mengatakan, emosi merujuk pada suatu perasaan dan serangkaian pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan bilogis dan psikologis, dan serangkain kecenderungan untuk bertindak.

Para peneliti masih terus memperdebatkan tentang mana yang termasuk emosi-emosi dasar yang menjadi watak manusia. Meskipun belum semuanya sepakat, namun para ahli telah mengelompokkan yang termasuk emosi dasar manusia diantaranya adalah:

• Rasa amarah
• Rasa kesedihan
• Rasa dendam
• Rasa takut
• Rasa kenikmatan
• Rasa malu
• Rasa cinta

Kalau kita merasa bahagia, gembira, senang, terhibur, rasa terpesona, kegirangan luar biasa, merasa puas, senang sekali misalnya, itu bukanlah emosi dasar manusia, melainkan itu emosi yang diakibatkan oleh salah satu dari emosi dasar manusia berupa rasa kenikmatan. Dari emosi dasar ini lahirlah berbagai turunan emosi lainnya atau variasi emosi lainnya.

Demikian juga dengan lahirnya perasaan persahabatan, rasa kepercayaan merasakan kebaikan hati, rasa hormat, ingin dekat dan sayang adalah hasil dari adanya emosi dasar rasa cinta misalnya. Dari emosi dasar rasa cinta ini dapat muncul emosi lainnya seperti perasaan marah, rasa benci atau dendam, atau sebaliknya lahirlah perasaan bahagia, rasa kenikmatan, misalnya. Ada ratusan emosi, bersama dengan campuran, variasi, mutasi dan nuansanya.


EMOSI AMARAH

Kita tahu rasa amarah adalah salah satu watak dasar manusia, maka sangat dimengerti apabila seseorang mengalami reaksi marah, kesal, sakit hati, beringas, benci, bermusuhan, tersinggung sampai tindak kekerasan dan kebrutalan. Karena setiap orang pasti memiliki emosi amarah, tidak pandang siapapun mereka, apakah dia seorang yang berpendidikan tinggi atau rendah, orang biasa atau dari kelas menengah, aparat keamanan atau orang sipil, bahkan seorang ulama atau pemimpin kebajikan sekalipun.

Menjadi hal yang aneh bila ada seseorang yang mengatakan tidak punya rasa marah. Karena sesungguhnya rasa marah merupakan bentuk kekayaan bathin kita sebagai manusia. Merupakan hal yang wajar sejauh itu dapat dikelola dengan benar, tepat waktu dan tepat sasaran sehingga tidak merusak orang lain. Bagi mereka yang memiliki pribadi yang cerdas dan tenang, mereka bisa mengendalikan reaksinya agar tidak menjadikan kemarahan sebagai tindakan yang agresif, merusak dan menimbulkan kebenciaan.

Manusia memiliki kebebasan hati untuk memilih setiap reaksi dari situasi dan keadaan yang datang kepadanya. Misalnya kita menghadapi orang yang melakukan tindakan yang dapat menaikkan emosi amarah kita, maka kita patut berpikir sejenak dari dalam hati, reaksi apa sebaiknya yang menjadi pilihan kita?


• Apakah kita pantas merasa dendam?
• Atau kita pantas melampiaskan kemarahan ?
• Apakah kita merasa lebih baik memaafkan ?
• Atau kita memilih untuk menumbuhkan rasa cinta?
Mengapa kita perlu mengontrol reaksi emosi kita ?

Karena menurut para ahli, kejadian dalam hidup ini sembilan puluh persen adalah reaksi yang bisa kita kontrol dari hati dan pikiran kita dan sisanya yang sepuluh persen adalah diluar dari kendali kita. Mengontrol reaksi kita, berarti dapat mengendalikan emosi kita, sehingga kita akan tetap berada dalam lingkaran menjadi orang baik dan bijaksana.

Biarkan saya memberikan contoh. Heru sedang terburu-buru akan berangkat ke kantor karena ada prsentasi dengan dewan direksi pagi ini. Ketika sedang makan pagi, tiba-tiba tanpa sengaja anaknya yang masih TK menyenggol gelas susu di meja dan mengenai baju dan celana Heru. Ia marah dan mengucapan kata-kata yang keras kepada anaknya. Anaknya menjadi ketakutan dan menangis dengan keras.

Heru yang merasa buru-buru harus berangkat ke kantor sangat kesal dan menegur istrinya dengan ucapan keras pula. Istrinya yang merasa sudah sibuk dari pagi menyiapkan makan pagi dan keperluan anaknya sekolah, ikut tersinggung dengan ucapan Heru. Akibatnya suasana pagi hari itu berubah menjadi sebuah pertengkaran mulut. Anaknya semakin ketakutan dan menangis semakin keras dan tidak mau berangkat sekolah.

Demikianlah, kejadian tumpahnya gelas susu mungkin tidak dapat kita kontrol. Tetapi reaksi yang akan kita lakukan sepenuhnya dibawah kendali kita. Kita dapat memilih apakah akan bereaksi emosional atau memilih mengendalikan reaksi emosi dengan bijaksana. Semua rekasi itulah yang akan mempengaruhi kejadian hidup kita selanjutnya. Karena setiap emosi sesuai dengan sifatnya membawa pada salah satu dorongan hati untuk bertindak, itulah pentingnya melawan dorongan hati yang dikendalikan emosi. Ini merupakan akar dari segala kendali emosional dalam diri kita.

Bila kita dikendalikan oleh rasa marah, benci atau dendam, iri, dengki, maka kita bisa terlempar dari lingkaran orang baik masuk kedalam lingkaran orang yang tidak baik. Memasuki lingkaran orang tidak baik dapat merendahkan kualitas kehidupan kita bahkan menyulitkan hidup kita. Kesuksesan, kebahagiaan, ataupun rejeki menjadi semakin sulit mendekati kita, kalau kita berada dalam lingkaran orang tidak baik. Dunia akan penuh kekerasan, intrik, pengkhianatan, penipuan dan kegagalan bagi mereka yang hatinya dikuasai emosi kemarahan.

Sebaliknya manusia yang dapat mengendalikan emosinya, mampu memilih reaksi terhadap setiap keadaaan yang datang sesuai dengan suara hatinya, akan berada dalam lingkaran pengaruh orang baik dan bijaksana. Mereka bnerada dalam lingkarang orang-orang yang memiliki kualitas diri tinggi.. Pada akhirnya kesuksesan, kebahagiaan, keberuntungan akan mengalir seperti dengan arah aliran angin. Mereka membukA pintu-pintu kran rejeki, keberuntungan dan kemudahan dalan hidup.

Bagaimana mengekspresikan emosi kemarahan agar tidak menyakiti orang lain ? Bagaimana kita-kita mengelola emosi amarah agar tetap berada dalam lingkaran pengaruh orang baik dan bijaksana ?

0 komentar: